Minggu, 19 April 2015

TAT TWAM ASI SEBAGAI TINDAKAN KECIL DALAM KASIH SAYANG GENERASI MUDA

Oleh : I Kadek Dana (IX G)
SMP Wisata Sanur

Remaja merupakan masa peralihan anatara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada masa remaja, seseorang tidak dapat disebut sebagai anak-anak ataupun disebut sebagai orang dewasa. Menurut psikologi, masa peralihan ini berlangsung pada umur 10-12 tahun dan berakhir 18-20 tahun. Karakteristik pada usia remaja yang sangat dominan adalah terjadinya ketidakstabilan emosi dan keinginan untuk menunjukkan diri. Dalam fase kristis ini, seringkali remaja terjerumus dalam perilaku negatif. Peran keluarga dan sekolah sangat penting untuk mengarahkan dan mendidik perilaku remaja ke arah yang baik. Dalam upaya tersebut, maka pada jenjang pendidikan dilaksanakan pula berbagai kegiatan sebagai bentuk pendidikan karakter (Anonim, 2012).
Tat Twam Asi tidak asing lagi terdengar dalam telinga kita. Kalimat Tat Twam Asi yang sering diterjemahkan secara langsung adalah Aku adalah kamu atau aku dan kamu adalah satu disebut atman. Badan kasar dan badan halus kita dapat menyatu karena rasa yang ada dalam diri tetap satu, begitu pula dalam diri kita bahwa ajaran tat twam asi adalah tindakan kecil yang dapat dilakukan oleh generasi muda terutama dalam tingkatan dunia pendidikan di SMP mengajarkan kita selalu untuk saling menyayangi antara sesama dan rasa toleransi antara sesama teman. Begitu juga dalam wujud nyata sekarang ini banyak siswa mengabaikan ajaran rasa kasih sayang dalam diri sendiri dan untuk orang lain, sehingga sering terjadi kesalahpahaman antara sesama.
Memaknai sebuah ajaran Tat Twam Asi adalah sama dengan mengamalkan rasa kasih sayang terhadap semua kalangan tanpa harus membedakan semua wujud makhluk yang ada di muka bumi ini. Hubungan umat manusia dengan alam semesta (lingkungan)
Dalam kontek ini umat manusia sangat erat sekali hubungannya dengan alam semesta, seperti yang kita ketahui semua kebutuhan hidup yang diperlukan oleh umat manusia bersumber dari alam semesta dan kita sama-sama merupakan ciptan Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam ajaran Tat Twam Asi dijelaskan ”kamu adalah aku” yang artinya adalah kita semua yang ada dialam semesta ini sama-sama merupakan ciptaan-Nya.
Perlu kita sadari umat manuisa tidak bisa hidup tanpa alam semesta (lingkungan), dalam kitab suci Weda dijelaskan segala kebuthan hidup umat manusia hampir semuanya berasal dari alam semesta. Sekali lagi,manusia tidak bisa hidup tanpa alam semesta ( lingkungan ). Seperti yang kita ketahui dari hasil hutan banyak sekali tumbuh-tumbuhan, baik yang bisa kita olah menjadi makanan, obat-obatan, bahan kecantikan, atau untuk bahan bangunan, peralatan mebel dan masih banyaklagi yang lainnya.
Dalam kekawin Niti Sastra disebutkan :
” Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi singa itu juga selalu dijaga oleh hutan, jika singa dengan hutan berselisih, mereka akan marah lalu singa akan meninggalkan hutan.Hutannya dirusak, dibakar, dibinasakan orang. Pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi gundul. Singa yang berlarian dan bersembunyi, lari ketengah-tengah ladang, diserbu orang dan akhirnya binasa. ”
Jadi manusia diciptakan, dilahirkan, akan selalu berhubungan dengan alam lingkungan dan selalu bersifat saling memelihara antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini manusia memerlukan alam lingkungan sebagai tempat hidup dan alampun perlu dipelihara oleh manusia supaya tidak punah.
Dalam Ajaran agama Hindu memiliki beberapa konsep dalam menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam bermasyarakat dan berbangsa, sebagai berikut :
Konsep Tri Hita karana, mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan  hubungan antara :
1.      Manusia dengan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi wasa/Parhyangan
2.      Manusia dengan sesamanya/Pawongan
3.      Manusia dengan Alam lingkungannya/Palemahan
Tri Hita Karana merupakan landasan dasar bagi kehidupan Umat Hindu yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk  Panca Yadnya : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dam Bhuta Yadnya.
Konsep Tri Hita Karana yang dilaksanakan di Bali umumnya termanifestasikan dalam budaya dan tradisi Bali, yang tentunya tidak semata-mata timbul karena pemahamannya pada atas ajaran Hindu, tapi juga karena tantangan jaman. Umat Hindu harus mampu mengimplementasikan dan mengamalkan konsep Tri Hita Karana secara total dan dalam semua aspek kehidupan sampai pada unsur terkecil dalam bentukn keluarga yaitu konsep Palemahan yaitu yang membuat umat Hindu mencintai tanah kelahirannya, Pawongan yaitu moral, etika dan tata krama umat hindu dan taat pada hukum adat dan dresta dan Parhyangan yaitu selalu mendekatkan diri kehadapan Ida sanghyang Widhi Wasa, membangun, merawat dan menggunakan pura dengan baik,takut akan Ida sanghyang Widhi wasa,takut kehilangan perlindungan Tuhan. Kesemuanya ini merupakan benteng yang sangat tanguh dalam menciptakan ketahanan mental bagi umat hindu yang nanti mampu menjadi benteng bagi negara dan bangsa Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI.
Konsep Tat Twam Asi, adalah merupakan filsafat Hindu yang mengajarkan kesosialan dan keharmonian yang tanpa batas karena diketahui bahwa “Ia adalah kamu” saya dalah Kamu dan segala mahluk adalah sama,sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain juga berarti menyakiti diri sendiri. Antara saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup diantara saya dan kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang  menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Kita sama-sama makhluk ciptaaan Tuhan. Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung makna yang sangat dalam. Tat Twam Asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu membantunya, karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri. Bila dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam upanisad dikatakan: “Brahma atma aikhyam”, yang artinya Brahman (Tuhan) dan atman adalah tunggal. Filsafat hidup Tat Twam Asi juga merupakan dasar susila hindu,yaitu tingkah laku baik dan mulia yang selaras dengan ketentuan-ketentuan dharma dan yadnya. Makna Tat Twam Asi mengajak kita semua untuk lebih menahan diri dan mengendalikan diri. Dengan menyadari filsafat Tat Twam Asi diharapkan setiap langkah, gerak yang dilakukan sudah melalui pertimbangan yang cermat dan berhati-hati demi kebaikan bersama dan untuk mencapai tujuan yang luhur.
Konsep Menyama mebraya, yang artinya bersaudara dan seperti saudara yang artinya memperlakukan orang lain yang bukan saudara seperti saudara sendiri. Adapun Kesimpulan dari makna Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi sebagai konsep wujud kasih sayang :
1.      Sebagai umat Hindu selalu Introspeksi diri, mengendalikan diri, dan Implementasikan nilai – nilai  yang terkandung dalam Konsep Tri Hita Karana, Tat Twam Asi, konsep menyama mebraya, dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara , sehingga terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir dan bhatin “Moksartham Jagadhita ya Ca iti dharma
2.      Menjadikan diri sebagai insan yang memiliki sradha dan bhakti yang kuat, insan sosial yang baik dalam bernasyarakat, berbangsa dan bernegara serta  selalu berusaha melaksanakan petunjuk ajaran Dharma Tapa,Yadnya dan mekerti dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat terwujudnya umat Hindu yang harmonis, damai/santhi serta memiliki mental yang Prima.
           


            Gambar. Denpasar Festival 2014 (dok. Pribadi)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Feel Love Heart - Feel Love Heart - Powered by Feel Love Heart - Designed by Feel Love Heart -