- Back to Home »
- Tri Parartha
Minggu, 19 April 2015
FILOSOFI
TRI PARARTHA DALAM AJARAN HINDU WUJUD KASIH SAYANG BAGI SEMUA GENERASI BERBASIS
TRI HITA KARANA
Oleh : Aryana
Cory dan Arya Weda (VII)
SMP Wisata Sanur
Agama
Hindu memiliki ajaran yang menuntun umatnya untuk selalu ada di jalan dharma
dalam menjalani kehidupan. Salah satunya adalah Tri Parartha. Tri Parartha
berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu dari kata Tri artinya tiga dan Parartha
artinya kebahagiaan, kesejahteraan, keselamatan, keagungan, dan kesukaan.
Dengan demikian Tri Parartha berarti tiga perihal yang dapat menyebabkan
terwujudnya kesempurnaan, kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, keagungan,
dan kesukaan hidup umat Hindu. Menjelang hari kasih sayang tentunya kasih
sayang diwujudkan tidak hanya disaat hari kasih sayang saja, melainkan rasa
kasih sayang dapat diwujudkan setiap saat melalui ajaran Tri Parartha dalam
cakupan sempit dan Tri Hita Karana dalam cakupan luas.
Pada
prinsipnya kasih sayang diwujudkan tidak hanya kepada pacar saja, melainkan
semua orang bahkan semua seisi alam ini yang dekat dengan kita. Jika kita
memandang kasih sayang kepada pacar saja itu adalah hal keliru yang dapat
memberikan penilaian terhadap hal tertentu saja dan hanya mementingkan
kepentingan pribadi saja. Wujud dari sebuah filosofi Tri Parartha dan Tri Hita
Karana yang wajib ditiru adalah pada penempatan rasa cinta dan kasih sayangnya.
Jika kasih sayang dapat tercipta setiap hari seperti dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat tentunya membuat alam ini menjadi damai dan harmonis tanpa
mengenal umur, jenis kelamin, ras, suku dan agama. Ajaran Tri Hita Karana
adalah wujud nyata yang diterapkan masyarakat Bali dalam mengatasi hal-hal
sosial yang ada, tetapi akhir-akhir ini konsep ini dilupakan dengan tidak
memperhatikan lingkungan dan alam semesta. Dengan lingkungan yang rusak membuat
kita semua juga menjadi menderita karena bencana alam dan pencemaran lingkungan
kian hari kian menjadi-jadi. Keselamatan kehidupan sangat ditentukan dengan
keharmonisan lingkungan sekitar kita. Tentunya dalam pikiran
anak muda sekarang adalah ditunjukkan dalam bunga, surat, cokelat dan hadiah
lainnya sebagai wujud yang harus mulai ditinggalkan, karena rasa kasih sayang
tidak dilakukan pada hari tertentu saja dan hanya dinilai dari sebuah hadiah.
Padahal wujud kasih sayang dapat diterapkan dengan rasa cinta tanpa pamrih
ataupun hadiah semata seperti gambar yang ada.
Sumber
: www.rakaflorist.com
Tanpa
keselamatan dalam hidupnya, manusia tidak akan dapat berbuat banyak. Menurut
ajaran agama Hindu, manusia itu dapat menyelamatkan dirinya dengan jalan
mengamalkan ajaran Tri Parartha. Ada pun ajaran Tri Parartha yang dimaksud yang
dapat mengantarkan umat Hindu mencapai keselamatan dan kebahagiaan serta
kesejahteraan hidupnya. Terdiri dari Asih, Punia dan Bhakti.
Asih artinya cinta kasih, umat Hindu hendaknya selalu
mengupayakan hidupnya dengan berlandaskan cinta kasih dengan sesama. Asih juga
dapat diartikan sebagai kasih sayang. Asih juga memiliki kasih yang lebih dalam
daripada cinta. Dalam mengasihi sudah terkandung makna mencintai. Cinta adalah
perasaan pada kesenangan, kesetiaan, kepuasan terhadap suat objek sedangkan
kasih adalah perasaan cinta yang tulus lascarya terhadap suat obiek. Perbedaan
antara cinta dan kasih terletak pada kesanggupan dan kemampuan dalam memahami
hakikat cinta dan kasih serta hal yang mendasari adanya cinta kasih adalah
ajaran “tat tvam asi” yang berarti engkau adalah dia, dia adalah mereka seperti
yang dinyatakan pada kitab Chandogya Upanisad VI.14.1. Pustaka suci Bhagavadgita
Sloka XII. 13. Menyebutkan : Advesta sarwa
bhutanam, Maitrah karuna eva ca
Nirmano niraham karah, sama dukha-sukhah ksami
Nirmano niraham karah, sama dukha-sukhah ksami
Terjemahannya:
Dia yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat, dan cinta kasih
Bebas dari keakuan dan keangkuhan, sama dalam suka dan duka, serta pemberi maaf.
Dia yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat, dan cinta kasih
Bebas dari keakuan dan keangkuhan, sama dalam suka dan duka, serta pemberi maaf.
Akan
tetapi dewasa ini pada orang-orang tertentu ada yang memiliki kemiskinan dalam
cinta kasih. Hal ini dapat dilihat dari maraknya kekerasan yang terjadi di
negeri ini. Ada kecenderungan cinta kasih yang ada pada setiap orang telah
mengalami kekeringan dan bahkan manusia telah kehilangan seluruh cinta kasihnya
sehingga terjadilah perbuatan yang menimbulkan kekerasan. Para generasi muda
yang menjadi harapan baik keluarga maupun bangsa banyak yang terjerumus ke
dalam tindakan yang sia-sia, seperti mabuk-mabukan, pesta narkoba, dan tindakan
lain yang menyimpang dari aturan hukum dan agama.
Mengacu
pada realita yang terjadi di masyarakat dewasa ini khususnya pada kaum generasi
muda dapat diketahui bahwa terjadi degradasi moral atau pengikisan nilai-nilai
kemanusiaan sebagai akibat dari mulai menurunnya nilai-nilai kasih sayang dalam
diri manusia. Dengan demikian berdasarkan kutipan sloka di atas dapat diketahui
bahwa objek dari cinta kasih itu adalah semua ciptaan Hyang Widhi atau Tuhan
Yang Maha Esa.
Punya
(Punia), dermawan atau tulus ikhlas. Seluruh aktivitas hidup umat Hindu
hendaknya berlandaskan tanpa pamrih/balasan, karena ketertarikan itu
sesungguhnya ia menyebabkan menderita. Dan Bhakti artinya hormat-menghormati
terhadap sesama, sujud terhadap orang yang lebih tua. Di antara sesamanya
manusia hendaknya saling menghormati, serta tidak melupakan untuk bersujud
kehadapan sang pencipta (Tuhan). Ajaran
Tri Parartha itu sudah sepatutnya dipahami dan diaktualisasikan oleh umat
Hindu, dengan demikian kesempurnaan hidup ini akan menjadi kenyataan.
Sebagaimana dijelaskan dalam sloka suci (Menawa Dharmasastra,V.109) berikut
ini:
Abdhir
gatrani cudhayanti,
manah
satyena cudhayanti,
widyatapobhyam
bhratatma,
buddhir
jnanena cudhayanti
(Sudharta.
2004:250).
Terjemahan
:
Tubuh
dibersihkan dengan air, pikiran dibersikan dengan kejujuran, roh dibersihkan
dengan ilmu dan tapa, akal dibersihkan dengan kebijaksanaan.
Selain mengamalkan ajaran tattwam asi, catur paramitha dan
Tri Parartha, umat juga patut memahami dan mengamalkan ajaran ethika yang
lainya. Dengan demikian hidup ini akan menjadi lebih bermanfaat di masyarakat.
Asih,
Punia, dan Bhakti merupakan ajaran agama Hindu yang patut dihayati dan
diamalkan dalam kehidupan agar tetap tegaknya dharma. Tri Parartha adalah
ajaran agama Hindu untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, baik
di dunia maupun di akhirat. Hidup saling mengasihi di antara kita merupakan
perilaku umat manusia utama yang dapat mengantarkan tercapainya kebahagiaan
yang abadi (moksa).
Dalam
Kitab suci Rg. Veda dinyatakan sebagai berikut : “Ajaran berdhana punia yang
didasari dengan cara bhakti dan rasa cinta kasih mempunyai suatu manfaat yang
amat penting dalam kehidupan ini, dan semuanya itu hendaknya diwujudkan sebagai
amal dalam beryajñya.”
Seluruh
umat Hindu hendaknya melakukan hal tersebut, karena itu merupakan kewajiban
untuk menegakkan dharma. Tujuan pokok dari ajaran Tri Parartha (asih, punia,
dan bhakti) ini adalah menumbuhkan sikap mental masing-masing pribadi umat
manusia, dalam hal ini adalah peserta didik untuk mewujudkan ajaran wairagya
(tidak terikat akan pengaruh benda-benda duniawi) yang dapat memuaskan
indria/nafsu belaka manusia secara pribadi. Berdasarkan uraian di
atas, maka untuk menghayati ajaran kasih dapat diwujudnyatakan melalui ajaran
“Tri Hita Karana”. Tri Hita Karana terdiri dari tiga kata Tri yang berarti
tiga, hita yang berarti kebahagiaan sedangkan karana berarti penyebab. Jadi Tri
Hita Karana berarti tiga hal yang menyebabkan kebahagiaan. Tri Hita Karana
dapat diterapkan dengan senantiasa menciptakan hubungan atau interaksi yang
harmonis antara manusia dengan Tuhan (prhyangan), membina hubungan yang
harmonis antara manusia dengan sesama manusia (pawongan) serta senantiasa
membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan (palemahan).
Dapat
disimpulkan bahwa ajaran asih/kasih dalam Tri Parartha dapat diimplementasikan
melalui ajaran Tri Hita Karana. Ajaran ini dapat diaktualisasikan baik di
bangku SD maupun SMP. Penerapan ajaran Tri Hita karana kepada peserta didik
khususnya di sekolah dapat dilakukan dengan:
a.
Untuk poin Parhyangan, maka sebelum mulai pelajaran didahului dengan berpuja
tri sandya. Begitu pula mengakhiri pelajaran saat akan pulang ke rumah juga
bertrisandya pada madyama dina. Setiap akhir tahun pelajaran atau akhir tahun
semester dilakukan pasraman kilat. Pada kegiatan ini diberikan materi temtamg
praktik beragama dengan menitikberatkan pada tattwa, susila, dan acara.Tentu
acara ini dikemas pula dengan pemberian yoga dan estetika.
b.
Praktik implementasi pawongan di sekolah dilakukan dengan menggalang dana punya
yang disumbangkan secara sukarela oleh siswa yang nantinya akan dapat
dimanfaatkan untuk kunjungan sosial kemanusiaan. Selain itu dalam interaksi
sehari-hari membiasakan diri dalam mengucapkan Om swastyastu kepada orang lain
yang tentunya seumat, misalnya kepada orang tua di rumah, guru di sekolah, dan
dalam setiap kesempatan antarumat Hindu.
Untuk
kategori palemahan misalnya dapat dilaksanakan dengan menciptakan kepedulian
dan rasa sayang terhadap lingkungan sekolah. Bali punya program go green and
clean. Hal ini dapat diaktualisasikan melalui program “Green school” yaitu
dengan mewajibkan setiap siswa untuk menanam dan memelihara satu jenis tumbuhan
bebas, setiap komite diwajibkan untuk menanam dan memelihara dua jenis tumbuhan
langka, dan setiap guru wajib memelihara tiga jenis tumbuhan langka. Pada akhir
tahun pelajaran pihak sekolah bekerja sama dengan DKLH untuk melakukan
penghijauan massal pada tempat yang telah disepakati bersama. Cendikiawan
Hindu, Svami Vivekananda mengatakan “ Cinta kasih adalah daya penggerak, karena
cinta kasih selalu menempatkan dirinya sebagai pemberi yang tanpa keterikatan
dan bukan penerima.” Dengan demikian, kasih sayang merupakan jalan pintas untuk
mencapai tujuan hidup kita, yaitu Keutamaan manusia (Human Excellence). Asih
tidak hanya bisa diterapkan kepada sesama manusia, tetapi juga kepada binatang
dan tumbuh-tumbuhan yang sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Asih kepada
binatang dapat dilakukan dengan tidak membunuh binatang sembarangan seperti
menembak burung, meracuni ikan dengan potas, dan lain-lain. Sikap asih terhadap
tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan tidak menebang pohon sembarangan, tetapi
sebaliknya kita harus menanam pohon dan melakukan penghijauan. Sikap asih
terhadap alam atau lingkungan sekitar sangat penting untuk diterapkan karena
dengan demikian kelestarian lingkungan akan terjaga dan kita akan merasa tenang
dan nyaman berada di sekitarnya. Umat Hindu di Bali menerapkannya melalui
perayaan tumpek pengatag dan tumpek uye.
Wujud nyata ajaran Tri Paraatha dan
Tri Hita Karana sangat tepat diterapkan dalam mewujudkan rasa kasih sayang
setiap saat, tetapi bukan diterapkan saat hari valentine atau kasih sayang saja.
Karena dalam ajaran Tri Hita Karana diajarkan untuk semua kalangan dan umur
tanpa kecuali. Maka filosofi Tri Hita Karana dan Tri Parartha sangat erat
kaitannya dengan kasih sayang. Apalagi kasih sayang untuk semua makhluk dan
sepanjang masa.